Contoh Resensi Novel Sengsara Membawa Nikmat Tugas Bahasa Indonesia

 Resensi Novel Sengsara Membawa Nikmat
A. Identitas buku
Judul buku        : Sengsara Membawa Nikmat
Penulis              : Tulis Sutan Sati
Penerbit           : Balai Pustaka
Kota terbit        : Jakarta
Tahun terbit     : 2006

B. Identas pengarang
            Tulis Sutan Sakti adalah salah satu sastrawan angkatan Balai Pustaka. Beliau lahir di kota Minangkabau tahun 1898 Bukittinggi, Sumatra Barat. Semasa hidupnya beliau pernah menjadi guru. Bakat kepengarangannya menjadikan beliau sebagai salah satu redaktur di penerbitan, yang pada masa dahulu milik Belanda. Penerbitan itu ialah Balai Pustaka.  Beliau hidup di zaman penjajahan Jepang dan Belanda. Beliau wafat pada tahun 1942 yang saat itu masa penjajahan Jepang. Semasa hidupnya ia dikenal sebagai orang yang dermawan dan berpendidikan. Buku-buku karyanya sangat digemari para kutu buku. Adapun buku-buku karya Sutan adalah Tak Disangka (1923), Sengsara Membawa NIkmat (1928), Syair Rosina (1973), Memutuskan PErtalian (1978) dan masih banyak lagi.
C. Sinopsis Novel
Novel karya Tulis Sutan bercerita tentang dua orang pemuda yang saling bermusuhan. Midun anak miskin, yang memiliki sifat yang baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah Agama. Midun sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang  masih milik keluarganya. Kacak  selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati Midun daripada Kacak.
Kacak selalu iri dengan Midun            , karena orang-orang lebih menyukai Midun daripada dirinya hal itulah yang menjadi pangkal dari permusuhann diantara mereka. Kacak beranggapan  bahwa penyebab ia tidak disukai oleh orang-orang adalah akibat hasutan Midun kepada masyarakat agar membenci dirinya. Maka pertengkaran-pertengkaran pun tak terelakkan.
Pada suatu hari Midun memukul seorang  laki-laki gila yang mengacau di pasar. Kesempatan itu dipergunakan oleh Kacak untuk mengadu kepada tuanku Laras agar Midun dihukum. Karena orang gila itu masih sekeluarga dengan Tuanku Laras, maka pengaduan Kacak itu diterima. Dan Midun pun dihukumlah.
Hukuman yang diterima Midun tidak membuat Kacak berhenti. Kacak masih sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya. Tidak jarang pula Kacak selalu mencari gara-gara untuk memancing agar Midun emosi dan menantangnya berkelahi. Berkat kesabaran midunlah semua pancingan Kacak tidak pernah ditanggapinya. Midun selalu ingat nasihat        Haji Abbas guru mengajinya dan pendekar Sutan seorang jagoan silat di kampungnya. Midun beranggap bahwa ilmu silat yang dimilikinya  tidak untuk berkelahi dan mencari musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari, istri Kacak terjatuh ke dalam sungai dan ia hampir terbawa arus, Pada saat itu, Midun yang sedang berada di dekat tempat kejadian berusaha menyelamatkan wanita itu. Namun pertolongan Midun ditanggapi oleh Kacak. Ia bahkan menudu Midun akan memperkosa istrinya, sehingga Kacak justru akan menantang Midun untuk berkelahi.
Dalam perkelahian itu Midun berhasil mengalahkan Kacak. Kekalahan membuat Kacak semakin menyimpan dendam. Kacak melaporkan kejadian itu kepada Tuanku Laras. Ia memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Tuanku Laras percaya dengan laporan Kacak sehingga Midun mendapat hukuman bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa upah. Selama Midun menjalani hukuman itu, Kacak ditugaskan oleh tuanku Laras untuk mengawasi Midun. Tentu kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kacak. Kacak memiliki kesempatan yang besar untuk mencelakai Midun. Tiap hari Kacak menghina dan berlaku kasar kepada Midun. Midun menerima semua itu dengan tabah.
Hingga di sini Kacak belum juga puas. Ia tidak rela bila Midun masih berada di kampong itu. Keberadaann Midun menjadi penghalang bagi Kacak untuk berbuat sesuka hati di kampong mereka. Karena itulah Kacak berusaha untuk melenyapkan Midun untuk selama-lamanya. Untuk itu Kacak menyewa seorang pembunuh bayaran bernama Lenggang untuk melenyapkan jiwa Midun. Kesempatan terbuka bagi Kacak untuk melampiaskan nafsunya itu. Ketika Midun dan Maun sahabatnya sedang menonton pacuan di Bukittinggi, secara tiba-tiba mereka diserang oleh Lenggang, perkelahian pun terjadi. Mereka kengkan mudian ditangkap oleh tentara Kompeni dengan tuduan membuat huru-hara. Midun dan Lenggan di jatuhi hukuman penjara di Padang. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan karena Midun sengaja tidak melibatkan Maun dalam hal itu. Di dalam penjara Midun mendapat perlakuan yang tidak wajar. Begitu masuk ia sudah diadukan dengan si ganjil jagoan di penjara itu. Tetapi untung Midun dapat mengalahkannya. Sehingga seisi penjara menjadi segan terhadapnya. Namun ia masih saja menerima perlakuan yang menyakitkan dari sipir-sipir penjara. Berkat nasihat-nasihat dari Gempa Alam sipir yang membawanya ke penjara itu, Midun akhirnya tabah juga menjalani cobaan-cobaan hidup itu.
Ketika Midun sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya yaitu menyapu jalan, ia menemukan seuntai kalung berlian. Ternyata kalung itu milik seorang gadis bernama Halimah yang rumahnya tidak jauh dari penjara. Perkenalanpun terjadilah diantara mereka. Dan begitu Midun sudah selesai menjalani masa tahanannya, Halimah meminta kepada Midun supaya melarikan diri dari rumah. Karena ia ingin dipaksa oleh ayah tirinya seorang laki-laki belanda yang sejak dahulu mengurus dirinya dan ibunya. Hasrat laki-laki itu dikeluarkan setelah ibun Halimah meninggal ketika Midun masih di dalam penjara.
Atas pertolongan Pak Karto petugas bagian dapur penjara, mereka berhasil melarikan diri ke Jawa dan kemudian pergi ke Bogor menemui ayah Halimah seorang bekas pensiunan Wedana. Di sana mereka diterima dengan baik. Midun diminta tinggal di rumah itu. Namun lama kelamaan, Midun merasa malu tinggal di rumah itu bila hanya untu menumpang makan dan tidur saja. Maka Midun memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan mencari pekerjaan.
Midun mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Dalam perjalanan ke Jakarta, Midun berkenalan dengan saudagar Arab yang kaya raya, yang sebenarnya adalah seorang rentenir. Tanpa berprasangka buruk, Midun mmenerima tawaran syekh itu yang akan meminjami uang sebagai modal. Dengan modal hasil pinjaman dari orang Arab itu, Midun membuka usaha dagang. Berkat ketekunannya, usaha Midun berkembang pesat sehingga membuat syekh itu iri. Ia pun menagih utang Midun dengan jumlah melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun menolak karena hutangnya dihitung berlipat ganda. Gagal menagih syekh menagih dengan cara lain, ia bersedia Midun tidak membayar hutang (dianggap lunas) jika Midun menyerahkan Halimah kepadanya. Tentu saja ini membuat Midun dan Halimah marah. Akhirnya orang Arab itu mengadukannya ke kompeni, dan Midun ditahan.
Setelah dari tahanan, suatu ketika Midun sedang berjalan-jalan di pasar baru. Di sana ia melihat seorang pribumi yang mengamuk dan menyerang Sinyo Belanda. Ketika melihat Sinyo Bleanda tewrdesak, Midun menolongnya. Sinyo Belanda selamat. Ternyat kemudian diketahui bahwa orang tua Sinyo Belanda itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Dan sebagai tanda terima kasih, Midun ditawari kerja di sana sebagai Sekertaris. Tak lama kemudian Midun menikahi Halimah. Midun dipindahkan menjadi menteri kebijakan di tanjung priok.
Sekembalinya ke Betawi, Midun mendatangi Hoofscommissaris untuk meminta agar ia di pindahkan ke bukittinggi, dengan alasan mau bekerja di tanah kelahirannya. Kantor itu mengijinkan. Maka kemudian Midun sekeluarga pindah ke Bukittinggi. Kebetulan oleh Asisten Resident Bukittingi ia ditempatkan sebagai asisten Demang di daerahnya.tentu saja hal ini membuat kalang kabut Kacak. Musuhnya. Karena malu dan takut, kecurangannya menggelapkan uang Negara terbongkar oleh Midun, akhirnya Kacak pergi meninggalkan daerah itu, dan tak pernah kembali lagi.
Seteah berkumpul kenbali dengan seluruh keluarga dan para sahabatnya, mulailah Midun memerintah negeri itu dengan gelar Datuk Paduka Raja.

Unsur Intrinsik Novel
1. Tema
Bercerita tentang dua orang pemuda yang saling bermusuhan. Midun anak miskin, yang memiliki sifat yang baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah Agama. Midun sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang  masih milik keluarganya. Kacak  selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati Midun daripada Kacak.
2. Tokoh
Tokoh utama : Midun
Tokoh kedua : Kacak
Tokoh ketiga : Halimah
Tokoh pembantu : Tuanku Laras, Pak Karto, Haji Abas, Maun, Karidun, Pendekar Sutan, Jenang Sapir dan lain-lain.

3. Penokohan
a. Midun
seorang yang baik, penyabar, dermawan, suka menolong dan gagah berani. “Kacak masih sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya. Tidak jarang pula Kacak selalu mencari gara-gara untuk memancing agar Midun emosi dan menantangnya berkelahi. Berkat kesabaran midunlah semua pancingan Kacak tidak pernah ditanggapinya. Midun selalu ingat nasihat        Haji Abbas guru mengajinya dan pendekar Sutan seorang jagoan silat di kampungnya. Midun beranggap bahwa ilmu silat yang dimilikinya  tidak untuk berkelahi dan mencari musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman.’’
b. Kacak
seorang yang jahat, sombong, selalu iri terhadap Midun dan selalu ingin mencelakai Midun. “Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang  masih milik keluarganya. Kacak  selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya.”
c. Halimah
Sosok wanita yang cantik, berbudi pekerti baik, sederhana dan berani. “sungguh cantik elok wanita itu, sukar didapat mahal dicari”
d. Alur
Alur yang terdapat pada novel “Sengsara Membawa Nikmat” menggunakan alur maju.
Pertikaian Midun dan kacak yang tiada henti dan kebencian Kacak yang tiada hentinya. Kacak selalu menyusun rencana untuk menhancurkan Midun. Midun tidak pernah merasa dendam terhadap Kacak. Pada saat Midun mencari pekerjaan Ia mengikuti sudagar kaya yang menjual kain dan ikut bekerja dengannya. Namun tiba-tiba Midun tertipu dan difitnah oleh saudagar kaya tersebut dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara. Setelah Midun terbebas dari penjara ia mendapat pekerjaan sebagai polisi di Tanjung Priok.tidak lama kemudian Midun menikahi Halimah dan memiliki anak laki-laki.ia kembali ke kampong halamannya, dan diangkat menjadi penghulu yang bergelar Datuk Paduka Raja karena kebaikannya. Kacak pun di penjara karena menggelapkan uang.
e. Sudut pandang
sudut pandang pengarang novel “Sengsara Membawa Nikmat” menggunakan sudut pandang orang ketiga “ia sudah berumur lebih dari 45 tahun. Midun ketika itu duduk di pasar. Dia sedang duduk di dalam sebuah lepau nasi.”.
f. Latar
a.       Latar tempat : Di pasar
a.      “Pada suatu hari Midun memukul seorang  laki-laki gila yang mengacau di pasar”
b.      Latar waktu : pukul 04.00 sore
a.      “Waktu asar sudah tiba. Amat cerah hari petang itu.”
c.       Latar suasana : Tegang
a.      “tiba-tiba kedengaran teriak orang meminta pertolongan, dan ternyata Katijah hanyut terbawa arus. Tidak lama kelihatan rambut seorang wanita di dalam air.timbul tenggelam di dalam air. Dan akhirnya Midun melompat kesungai dan menolongnya.”


g. Amanat
Setiap kesabaran akan membuahkan hasil yang besar. Seorang laki-laki tidak bboleh menyalahgunakan kemampuannya untuk kejahatan atau mencari musuh.

Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral
a.      Moral baik : “Midun selalu memaafkan semua perbuatan yang dilakukan oleh Kecak kepadanya”
b.      Moral buruk : “Kecak selalu iri terhadap Midun karena orang-orang lebih menyukai Midun daripada dia.
Nilai Religius
a.       “Midun teringat akan perkataan Haji Abas guru mengajinya yaitu tidak boleh menyalahgunakan kekuatannya utuk mencari musuh”
Nilai Budaya
a.       “Terdengar suara orang berkasidah yang dilakukan hampir setiap hari”
b.      “sudah biasa tolong-menolong menjadi kebiasaan warga kampong”

Keunggulan Novel
Novel ini sangat menarik untuk dibaca karena novel ini mengajarkan kita arti dari kesabaran dan buah dari apa yang kita lakukan. Perwatakan tokoh mudah dipahami dan gaya bahasa yang fresh dan mudah dipahami oleh pembaca.
Kelemahan Novel
Cerita yang terlalu panjang, halaman yang cukup tebal, dan sedikit membosankan karena memiliki initi yang sama.
Kesimpulan

Novel “Sengsara Membawa Nikmat” sangat bagus untuk dibaca kaum lelaki. Karena pertikaian yang dilakukan oleh tokoh antagonis dapat diatasi oleh protagonis. Mengajarkan kita agar tidak dendam dan membalas kejahatan dengan kebaikan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer